Transformasi IT Infrastructure

Information technology infrastructure is defined broadly as a set of information technology (IT) components that are the foundation of an IT service; typically physical components (computer and networking hardware and facilities), but also various software and network components.[1][2]

According to the ITIL Foundation Course Glossary, IT Infrastructure can also be termed as “All of the hardware, software, networks, facilities, etc., that are required to develop, test, deliver, monitor, control or support IT services. The term IT infrastructure includes all of the Information Technology but not the associated People, Processes and documentation.”[3]

dikutip dari wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/IT_infrastructure

 IT Infrastructure dapat pula diartikan sebagai sekumpulan komponen TIK yang saling terintegrasi satu dengan lainnya yang biasanya digunakan dalam menunjang aplikasi, solusi, proses, dan lain sebagainya dalam suatu perusahaan, organisasi, kampus, instansi, dan banyak yg lainnya.

Komponen pada IT Infrastructure bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau suatu organisasi dengan organisasi lain. Seringkali, hal tersebut disebabkan oleh kebutuhn secara spesifik akan komponen penunjang aplikasi bisnis mereka. Yang mana, aplikasi tersebut berisi data, informasi, solusi, proses, dan lain sebagainya.

Namun, komponen yang dapat dipastikan ada dalam suatu IT Infrastructure adalah komponen Server, Storage, Network, dan Operating System.

Pada artikel kali ini, pembahasan akan lebih menitik pada IT Infrastructure itu sendiri, tidak secara detail menjelaskan komponen satu persatu.



Seperti ilustrasi simple diagram diatas dapat terlihat bahwa komponen TIK antara komponen yang satu dengan yang lain saling terhubung, saling terintegrasi satu dengan yang lainnya, sehingga proses transaksi data dapat terjadi melalui jaringan (baik lokal maupun publik). Selanjutnya, komponen TIK yang saling terhubung itulah yang selanjutnya disebut sebagai IT Infrastructure.

Di era Transformasi Digital saat ini tiap organisasi, perusahaan, instansi, bahkan perorangan berlomba-lomba dalam menghadirkan suatu solusi bisnis yang mudah dalam hal akses, system availability yang stabil, dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Demi menghadirkan solusi bisnis dengan kualitas yang prima secara terus menerus dan berkelanjutan, maka dibutuhkan suatu arsitektur TIK yang mumpuni pula. Pemanfaatan perangkat server, storage, network, hypervisor, containerized, dan lain sebagainya diyakini dapat menjadi solusi dalam menunjang aplikasi bisnis yang mumpuni.

Sebut saja teknologi virtualisasi yang masih terus dikembangkan sejak 1960-an

Dalam ilmu komputervirtualisasi (bahasa Inggrisvirtualization) adalah istilah umum yang mengacu kepada abstraksi dari sumber daya komputer. Definisi lainnya adalah "sebuah teknik untuk menyembunyikan karakteristik fisik dari sumber daya komputer dari bagaimana cara sistem lain, aplikasi atau pengguna berinteraksi dengan sumber daya tersebut. Hal ini termasuk membuat sebuah sumber daya tunggal (seperti server, sebuah sistem operasi, sebuah aplikasi, atau peralatan penyimpanan terlihat berfungsi sebagai beberapa sumber daya logikal; atau dapat juga termasuk definisi untuk membuat beberapa sumber daya fisik (seperti beberapa peralatan penyimpanan atau server) terlihat sebagai satu sumber daya logikal."[1]

Istilah virtualisasi sudah digunakan secara luas sejak 1960-an, dan telah diaplikasikan kepada beberapa aspek komputer—dari keseluruhan sistem komputer sampai sebuah kemampuan atau komponen individu. Secara umum semua teknologi virtualisasi mengacu kepada "menyembunyikan detail teknis" melalui enkapsulasi.

dikutip dari wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Virtualisasi


Teknologi virtualisasi mulai secara massive dipergunakan oleh organisasi, perusahaan, kampus, instansi, dan lain sebagainya di Indonesia di era tahun 2005 sampai dengan 2007 dimana salah satu perusahaan virtualisasi ternama VMware yang didirikan pada tahun 1998 dan berpusat di Palo Alto, California mulai dikenal di Indonesia.

Prinsipal dari masing-masing produk (ie. Dell EMC, HPE, Lenovo, IBM, etc...) berlomba-lomba mempersiapkan produk super computer mereka agar dapat komptibel dengan solusi virtualisasi ini. Termasuk prinsipal Storage dan Network.




Dari diagram diatas, kita dapat melihat bahwa satu perangkat keras server, dapat digunakan untuk beberapa jenis workload. Berbeda di era dedicated server, dimana satu perangkat fisik server, hanya akan digunakan oleh satu workload.

Inilah alasan mengapa VMware pada akhirnya laku dikalangan penggiat IT di Indonesia, berikut beberapa manfaat singkat penggunaa teknologi virtualisasi:

1.   Centralized Management

Teknologi virtualisasi memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan monitoring, konfigurasi, penanganan masalah dan/atau proses troubleshoot, update patch/firmware, dan lain sebagainya pada satu dashboard. Hal ini sangat berguna dalam efisiensi operasi dan percepatan proses troubleshoot, terutama mereka yang memiliki IT Infrastructure yang sangat besar.

2.   Share Utilization

Setiap komponen perangkat keras baik server, storage, dan network dapat saling berbagi sumber daya. Artinya, apabila pemakaian utilisasi pada server yang satu lebih besar, maka machine learning yang ada didalam hypervisor akan melakukan proses re-balance, sehingga workload yang memungkinkan, akan dipindah ke server fisik lain dengan jumlah utilisasi yang cenderung lebih sedikit penggunaannya.

3.   Cluster

Setiap komponen saling terhubung dan terintegrasi dalam konfiguras klaster. Sistem ini memungkinkan tiap perangkat saling menjadi backup untuk perangkat lain. Mudahnya, apabila salah satu server dalam klaster mengalami gagal sistem/down, maka server yang lain akan menerima dan menjalankan workload dari server yang rusak tersebut. Dengan kata lain, aplikasi bisnis sangat minim mengalami gangguan dan/atau mati.

4.   Efisiensi Ruang Data Center

Mudahnya, di era dedicated server, ketika suatu pengguna memiliki 12 workload, maka pengguna harus menyiapkan 12 server fisik, lengkap dengan storage dan networknya. Berbeda dengan teknologi virtualisasi, pengguna cukup menyediakan 3 unit server fisik dengan spesifikasi yang sudah diperhitungkan agar mampu menjalankan 12 workload, beserta storage dan network terpusat. Hal ini tentu akan menjaga efisiensi di ruang Data Center yang cukup mahal, sebut saja Air Cooling System, Electrical, Fire Suppression, dan lain sebagainya.

Teknologi virtualisasi di era VMware ini, pada selanjutnya disebut three-tier infrastructure dimana pengertiannya adalah baik server, storage, dan network masih terpisah-pisah. Teknologi virtualisasi ini terus dikembangkan sampai dengan saat ini.

Salah satu pengembangannya adalah teknologi hyper-converge infrastructure (HCI), dimana akhirnya komponen server, storage, dan network menjadi satu kesatuan perangkat. Tidak hanya disitu, konsolidasi di layer 1 tadi pada akhirnya di jahit sedemikian rupa sehingga proses komputansi dan manajemen utilisasi menjadi lebih efisien dan efektif dengan pendekatan konsep web-scale infrastructure. Mudahnya, semua layer 1 menjadi satu kesatuan komponen yang dapat diatur dan dimonitor dari satu single-dashboard user interface (UI) yang elastis, yang memungkinkan pengguna melakukan perubahan dan/atau penambahan on-demand sesuai dengan kebutuhan mereka, layaknya teknologi cloud.

gambar ini ber-lisensi, diambil melalui situs: https://www.nutanix.com/uk/hyperconverged-infrastructure

Dari gambar diatas, kita dapat melihat bahwa dengan adanya HCI, pengguna dapat me-reduce penggunaan perangkat IT mereka didalam suatu infrastructure. Yang artinya, baik secara biaya maupun operasional dapat lebih efisien, murah, canggih, dan mumpuni. Termasuk kemudahan arsitektur Remote Office-Brand Office (ROBO) dan/atau Disasater Recovery Center (DRC)

Salah satu syarat HCI pun terbilang mudah, pengguna cukup membeli 3-node server yang berada dalam satu chasis ukurun 2-U untuk menjalankan sistem klaster.

Bahkan, saat ini HCI sudah dikembangkan ke tingkat yang lebih advance, dimana saat ini pasar sudah melirik kearah teknologi microservices.

Teknologi HCI saat ini sudah terintegrasi secara langsung dengan solusi microservices (baik kubernetes engine maupun docker engine) yang artinya, memudahkan pelanggan ketika mereka berencana untuk meng-implementasikan microservicese di arsitektur TI mereka.

Sebut saja Control Plane, K8S Engine, Docker Engine, dan Marketplace. Semua sudah tersedia didalam satu dashboard dan dengan layanan purna jual dalam satu kesatuan paket. Hal ini tentu akan sangat membantu para penggiat IT untuk terus memberikan inovasi dan solusi-solusi bisnis.

Era dimana penggiat IT terlalu fokus terhadap mesin-mesin sudah berakhir, kini para penggiat IT memiliki kesempatan dan waktu yang luas dalam membantu proses bisnis itu sendiri.

Penulis:
Eka Tama Prasetiya
17225004
17.1A.26
UBSI Slipi

Comments

Popular posts from this blog

Article Configure VMware vCenter Appliance 5.5 (VCSA) Step by Step Guide using OVF Template